Saturday, September 12, 2020

KESAN DALAM "CAKARANKU"


Sumber Pribadi


Sejak kutemukan 2 buku dengan judul menarik di sudut dalam lemariku hari ini, mata ini otomatis memilih buku, dengan ilustrasi cover, mawar merah. Karya Nunung Wardiman yang berjudul, Cakaranku (Catatan Karya Harianku). Makin tak tertahan rasa penasaran, karena sepengetahuanku, beliau adalah satu dari sekian penyanyi kondang wanita, genre Jazz, di Indonesia. Tergesa-gesa, aku membolak balik sambil sekilas membaca, isi buku, 173 halaman itu. Buku yang ternyata didominasi dengan narasi kepedihan ini, dicetak oleh penerbit LIMPAD, yaitu sebuah lembaga non profit yang mengembangkan media belajar bagi komunitas, pada Februari 2006. Hanya berselang 2 bulan, sebelum penulisnya, berpulang ke pangkuan ALLAH SWT, 26 April 2006, karena penyakit kanker stadium 4, yang sudah dideritanya selama 1,5 tahun.



Menariknya di buku ini, penulis bercerita bagaimana dalam satu putaran kehidupannya, keindahanlah yang dominan. Tetapi pada putaran kehidupan yang lain, kepedihan menggantikannya. Hal ini jelas terekam pada susunan coretan hariannya, yang ada di dalam buku. Ia pun menceritakan dalam penggalan goresannya, sebagian kecil dari narasi kehidupannya itu, melebur dalam syair-syair Jazz yang dilantunkannya. Di fase inilah, coretan hariannya mengalir deras. Hingga suatu saat tiba-tiba melambat, karena penyakit yang dideritanya, melumpuhkan tubuhnya. Oleh karena keterbatasan fisiknya ini pula, cakaran itu pun terhenti.

Bagi diriku, yang awam dengan ilmu Sastra dan alirannya, isi buku ini cukup mudah kok untuk dicerna, tanpa harus bersusah payah, mengerutkan kening. Sebagai Jazz Singer, dan selebriti di zamannya, mengemas semangat dari luka dan kecewa yang dalam, tanpa sedikit pun terkesan cengeng, patut mendapat applause. Ia cukup sukses mewariskan aura positif dan semangat pantang menyerah. Pendapat ini pun tersirat dari tiap narasi di Cakaranku, hasil interaksi beberapa narasumber, bersama sang penulis, sejak awal penyusunan materi untuk isi buku ini. Bahkan seorang budayawan terkemuka, Darmanto Jatman, berkenan menyumbangkan tulisannya berjudul Jazz Sangopati, sebagai bagian dari pembuka demi penulis buku ini.

Pada bagian Unfinished Notes, yang menjadi penutup dari isi buku Cakaranku ini, meninggalkan kesan kepedihan tersendiri buatku. Saat mengetahui bahwa, tingginya harapan dan untaian cita-cita penulis, harus runtuh seiring dengan kondisi tubuhnya yang terus melemah. Disebabkan oleh penyakit kanker, yang sudah memasuki stadium akhir.


Rest In Peace, Mbak Nunung Yuliati Wardiman!

2 comments:

  1. Sedih pas baca bagian unfinished notes apalagi penulis sudah berpulang.

    ReplyDelete
  2. Aku juga.jalan hidup! Isi bukunya mudah dicerna, kepekaannya tinggi dengan hal remeh disekitarnya, justru yang tidak kita sadari.🙈

    ReplyDelete

TABIR NURAINI

image from Google Sudah dua purnama di Kampung ini terlihat lengang. Angin yang meniup daun pohon-pohon bambu, jelas terdengar. Wak Samad me...